Kita Merugi Triliunan Rupiah Akibat Katarak

Kerugian ekonomi akibat kebutaan katarak mencapai tidak kurang dari 84 triliun rupiah per tahun. Dampaknya yang besar itu menyebabkan kebutaan termasuk masalah kesehatan masyarakat.

No comments

“Kerugian ekonomi akibat kebutaan katarak mencapai tidak kurang dari 84 triliun rupiah per tahun. Dampaknya yang besar itu menyebabkan kebutaan termasuk masalah kesehatan masyarakat.”

Penyebab kebutaan terbanyak menurut survei kebutaan Indonesia (RAAB/ Rapid Assessment of Avoidable Blindness) adalah katarak. Pasien katarak mengalami kekeruhan pada lensa mata yang menghalangi masuknya sinar ke dalam mata sehingga mengganggu pembentukan bayangan di saraf mata. Kekeruhan ini terjadi secara berangsur-angsur, memakan waktu bulanan atau tahunan hingga akhirnya menjadi sangat tebal.

Angka kebutaan Indonesia adalah 3 persen, terdapat satu orang yang mengalami kebutaan di antara 30 orang warga yang berusia 50 tahun ke atas. Kebutaan menurut World Health Organization (WHO) adalah kondisi mata dengan kemampuan terbaiknya hanya dapat melihat dari jarak 3 meter saja. Survei kebutaan Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2014–2016 menemukan penderitaan kebutaan sebanyak 1,6 juta jiwa dan 1,3 juta menderita gangguan penglihatan berat. Kondisi penglihatan yang buruk ini menghambat penderita dalam beraktivitas sehari-hari. Bila kebutaan terjadi pada pencari nafkah utama di dalam suatu keluarga, maka akan berdampak pula secara ekonomi. Penelitian oleh Atmaja dan Halim pada tahun 2020, menyebutkan bahwa kebutaan menimbulkan dampak ekonomi tidak kurang dari 84 triliun rupiah per tahun. Bukan angka yang kecil. Oleh sebab dampaknya yang besar itu, kebutaan termasuk masalah kesehatan masyarakat.

Proses penuaan merupakan penyebab utama katarak. Protein yang terdapat di dalam lensa mata mengalami kerusakan sehingga lensa akan kehilangan sifat beningnya. Usia harapan hidup orang Indonesia yang semakin panjang akan memberi sumbangan pada peningkatan angka penderita katarak. Menurut data BPS tahun 2020, angka harapan hidup lansia mencapai usia 69 tahun pada laki-laki dan 73 tahun pada perempuan. Jumlah penduduk lansia berdasarkan sensus penduduk 2020 adalah sekitar 26 juta jiwa, meningkat dari tahun 2010, yaitu 18 juta jiwa. Jumlah penduduk berusia tua yang semakin banyak akan meningkatkan kasus penyakit yang bersifat degeneratif, termasuk katarak.

Penyebab lain yang perlu mendapat perhatian adalah diabetes atau kencing manis. Kadar gula yang tinggi mengakibatkan masuknya zat gula dari darah ke dalam lensa mata, menyebabkan lensa mengalami pembengkakan dan kekeruhan. Penderita diabetes berisiko lebih cepat mengalami katarak.

Empat dari lima kasus kebutaan dapat dicegah atau diobati, katarak adalah salah satunya. Pembersihan katarak lewat operasi dan pemasangan lensa artifisial di dalam mata akan memperbaiki penglihatan yang terganggu. Penderita katarak yang semula kesulitan beraktifitas akan dapat bekerja atau menjalani hobinya kembali, sehingga taraf hidupnya beserta keluarga dapat membaik.

Pemeriksaan mata secara berkala pada lansia menjadi sangat penting, karena katarak sering disalahpahami sebagai gangguan kacamata. Pemeriksaan mata rutin dapat mendeteksi munculnya katarak sejak dini agar penanganan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Dengan demikian kita dapat mencegah kebutaan sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat.

Referensi:

  1. https://caritahu.kontan.co.id/news/sensus-penduduk-2020-usia-harapan-hidup-naik-di-indonesia (diakses 12 Juni 2021)
  2. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2010.
  3. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2020.
  4. Tommy Tri Atmaja, Aldiana Halim, The economic consequences of visual impairment and impact of cataract surgery in gaining economy in Indonesia, Cicendo Eye Hospital, 2020

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s